Senin, 29 Oktober 2012

Sifat Anarki Seorang Pemuda Indonesia, Budaya Membela atau Hanya Ingin Unjuk Kekuatan?

     Sejak dahulu bangsa kita telah dikenal akan sifat masyarakatnya yang sopan lagi santun, serta ramah tamah dan bersahabat. Banyak oknum yang selama ini seakan tak pernah lelah mengumandangkan serta mengajak ke arah persatuan untuk bangsa ini tanpa harus mempermasalahkan SARA. Sejak kecil individu sudah ditanamkan nilai-nilai persatuan dengan pembekalan melalui Ilmu Moral Pancasila serta Pendidikan Kewarganegaraan. setiap individu diberikan pengertian mengenai pentingnya tenggang rasa, perdamaian, tolong menolong, gotong royong dan lain-lain.
     Namun disamping itu semua, seperti yang dikutip dari buku “Personality Plus” yang ditulis oleh Florence Litteur, ia menjelaskan: ”Setelah kita tahu siapa diri kita dan mengapa kita bertindak dengan cara seperti yang kita lakukan, kita bisa mulai memahami jiwa kita, meningkatkan kepribadian kita, dan belajar menyesuaikan diri dengan orang lain.”. Dan adapun 4 karakter mendasar dari manusia menurut Florence Litteur dalam bukunya antara lain:
  1. Yang pertama, kata Florence adalah golongan SANGUINIS ( Ekstrovert – Membicara – Optimis ) “Yang Populer” digambarkan sebagai orang yang spontan, lincah, dan periang. Mereka ini cenderung populer, disenangi oleh banyak orang. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan.
  2. Tipe kedua, golongan MELANKOLI (Introvert – Pemikir – Pesimis), “Yang Sempurna” digambarkan sebagai orang yang penuh pikiran, setia, tekun. Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam.
  3. Ketiga, manusia KOLERIS ( Ekstrovert – Pelaku – Optimis ), “Yang Kuat” digambarkan sebagai orang yang suka petualangan, persuasif, percaya diri. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya.
  4. Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang PHLEGMATIS (Introvert – Pengamat – Pesimis) “Cinta Damai” digambarkan sebagai orang yang ramah, sabar, puas. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya.
     Namun di luar itu semua Indonesia seperti kehilangan jati dirinya seperti Indonesia dahulu dikenal. Hampir setiap hari kita disuguhkan berita-berita mengenai kekerasan, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Salah satu contoh kasus yang masih sangat segar diingatan kita, yaitu kasus terbunuhnya salah satu  siswa SMA Negeri 6 Jakarta. Seperti yang dilansir dalam kompas.com, Tim Advokasi Siswa SMA Negeri 70 Bulungan, Jumat (12/10/2012) malam ini, merencanakan segera melaporkan beberapa siswa SMA Negeri 6 Jakarta yang terlibat tawuran dengan siswa SMA Negeri 70 baru-baru ini. Tawuran dua siswa sekolah ini akhirnya berujung pada kematian siswa kelas 10 SMA Negeri 6, Alawy Yusianto. 
     Seorang  anggota Tim Advokasi Siswa SMA Negeri 70 Frederic Simandjuntak, yang didampingi tim lainnya Daniel Dohar Pakpahan kepada Kompas, sebelum rekonstruksi dimulai di Gedung Polres Jakarta Selatan mengatakan, “Setelah rekonstruksi ini, kami akan segera buat LP (Laporan) untuk melaporkan balik ke Polres Jakarta Selatan siswa-siswa SMA Negeri 6. Polisi kan sudah menetapkan 6 siswa SMA Negeri 70 sebagai tersangka baru dalam kasus tewasnya Alawy Yusianto karena tawuran. Jadi, kami akan laporkan juga siswa SMA Negeri 6 yang terlibat tawuran,".     


       Menurut Frederic, penetapan tersangka terhadap enam siswa SMA Negeri 70 dalam tewasnya Alawy tidak tepat. "Kalau Alawy kan karena kasus pembunuhan yang diduga dilakukan FR, tapi tawuran kasus berbeda. Kalau siswa SMA Negeri 70 dijadikan tersangka, siswa SMA Negeri 6 pun harus jadi tersangka dalam kasus tawuran," tambahnya.
      Namun tak berhenti sampai disitu saja, satu lagi contoh kasus yang akhir-akhir ini sedang ramai dibicarakan baik lewat media cetak ataupun elektronik yang tak kalah mencengangkan dengan pemberitaan tewasnya siswa SMAN 6 Jakarta oleh beberapa siswa dari SMAN 70 Jakarta. Kali ini santer terdengar berita mengenai bentroknya mahasiswa dari Universitas Pamulang dengan polisi yang penyebabnya adalah karena puluhan mahasiswa menentang kedatangan Wakapolri Komisaris Jenderal Nanan Sukarna di kampusnya untuk mengisi kuliah umum. 

     Seperti yang dikutip dari kompas.com. Rektor Universitas Pamulang Dayat Hidayat menganggap aksi penolakan terhadap Wakil Kepala Polri Komjen Nanan Sukarna yang dilakukan mahasiswa merupakan bentuk pembelajaran kehidupan berdemokrasi. Oleh sebab itu, kampus tidak akan memberikan sanksi kepada mahasiswa yang terlibat. "Mereka lagi belajar berdemokrasi. Enggak akan ada sanksi," ujar Dayat di Kampus Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (18/10/2012). Menurut Dayat, pihak rektorat sangat memahami sikap dan tindakan mahasiswa yang akhirnya berujung bentrok dengan polisi tersebut. Ia mengatakan, apa yang terjadi di lingkungan kampus dari pagi hingga sore tadi tidak perlu disesalkan, sebaliknya dijadikan pembelajaran. Menurutnya, sebagai orang muda, wajar jika reaksi mahasiswa lebih mengedepankan sisi emosi.
     Tetapi masih banyak lagi kasus di bumi pertiwi ini yang meliputi beberapa aksi anarkis. Jika kita sandingkan dengan 4 karakter mendasar manusia menurut Florence Litteur para pemuda Indonesia ini termasuk ke dalam golongan yang mana, apakah golongan Sanguinis yang notabene sebagai seseorang yang gejolak emosinya bergelombang dan transparan, atau golongan Melankoli sebagai seseorang yang suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam, atau golongan Koleris sebagai seseorang yang suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang dan mungkin saja tergolong sebagai sang Phlegmatis yaitu seseorang yang yang ramah, sabar, puas, kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri tidak menyukainya, baginya kedamaian adalah segala-galanya.
     Namun diluar itu semua kita sudah memiliki jawabannya didalam diri kita masing-masing yang menjalani sebagai individu yang seharusnya sesuai dengan nilai-nilai moral yang terkandung dalam Pancasila. Seharusnya kita lebih bisa memanfaatkan dan menghargai waktu dan keadaan yang lebih bebas ini sesuai dengan yang telah diperjuangkan oleh para pejuang muda bangsa ini di masa silam. Mereka telah berani mengikrarkan sebuah sumpah yang sangat sakral, yaitu Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Dan apapun yang sudah terjadi dan berlalu dari bangsa ini sudah sepantasnya kita sebagai insan yang terdidik lebih bisa menjaga sikap serta harga diri kita sebagai bangsa di Republik Indonesia yang tercinta ini.

SUMBER:
  • 4 Sifat Dasar Manusia, http://eritayuliastuti.wordpress.com/2011/04/15/4-sifat-dasar-manusia/. 29 Oktober 2012
  • kompas.com, Tim Advokasi Siswa SMAN 70 akan laporkan SMAN 6, http://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/12/17550073/Tim.Advokasi.Siswa.SMAN.70.akan.Laporkan.SMAN.6. 29 Oktober 2012
  • kompas.com, Bentrok Lawan Polisi, Mahasiswa Unpam Tak Diberi Sanksi, http://nasional.kompas.com/read/2012/10/18/23095099/Bentrok.Lawan.Polisi.Mahasiswa.Unpam.Tak.Diberi.Sanksi. 29 Oktober 2012


    

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar