Sudah menjadi sebuah tradisi jika harga sembako melonjak naik ketika menjelang maupun pasca perayaan hari raya besar Hari Raya Iedul Fitri 1 Syawal. Seperti tak asing lagi setiap kali menjelang maupun pasca perayaan Hari Raya Iedul Fitri 1 Syawal hampir seluruh harga sembako melonjak naik tak kira-kira bahkan sudah terjadi saat bulan Ramadhan.
Contohnya saja seperti yang saya kutip dari beritamanado.com, pasca perayaan hari raya Idul Fitri 1433 H,
harga sejumlah kebutuhan bahan pokok di pasar tradisional di Kota
Manado, Sulawesi Utara terus mengalami peningkatan (meningkat). Hal ini
berdasarkan pantauan BeritaManado.com, dikarenakan masih belum adanya
petani yang melakukan aktivitas perkebunan.
Dilain pihak, faktor cuaca juga turut mempengaruhi para petani.
Ditambah lagi permintaan sejumlah komoditas, terutama memenuhi kebutuhan
warga menjelang lebaran ketupat yang begitu meningkatkan daya beli
masyarakat.
Saat dilakukan pemantauan dilapangan, khususnya di pasar Bersehati,
yang berada di Kota Manado Utara, kegiatan jual-beli dipasar ini sudah
mulai meningkat pasca lebaran. Misalnya, bawang merah yang naik harga,
dari harga awal Rp. 14.000 (empat belas ribu) per kilo, setelah hari
raya naik menjadi Rp. 16.000 (enam belas ribu rupiah). Begitu pun dengan
cabe rawit, dari Rp. 40.000 per kilo, menjadi 70.000 per kilogram.
Sementara cabe kering, dari harga Rp. 20.000, naik menjadi Rp. 34.000
per kilo, lemon ikan harga sebelumnya Rp 15.000 per kilo mengalami
kenaikan sehingga menjadi Rp. 24.000 per kilo. Menurut salah seorang
pedagang yang berjualan di pasar Bersehati, Fikram, naiknya harga
komoditi sembako diakibatkan belum bekerjanya para petani.
Menurut setneg.go.id (portal resmi Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia) keadaan ini disebabkan beberapa hal, antara lain:
Pertama, karena prilaku konsumtif. Menyambut bulan puasa dan
menjelang hari raya, masyarakat cenderung membeli
barang kebutuhan pokok dalam jumlah besar, baik untuk langsung dikonsumsi
maupun untuk stok keluarganya. Inilah yang menyebabkan terjadinya shock demand sehingga direspon
oleh pasar dengan meningkatkan harga.
Kedua, kelangkaan barang. Pada saat bulan puasa dan menjelang Idul Fitri, seringkali barang-barang, terutama komoditi pokok menghilang
dari pasaran. Sehingga barang-barang sulit untuk dicari dan menjadi barang
langka. Kelangkaan/ketiadaan barang di pasaran akan menjadi penyebab dari
naiknya harga barang tersebut, karena terjadi ketidakseimbangan (inequilibrium)
antara permintaan barang dan penawaran barang. Adakalanya kejadian seperti ini
disebabkan oleh faktor alami dan ada pula terjadi karena faktor buatan (ulah
manusia).
Ketiga, masalah distribusi. Distribusi
barang dari daerah penghasil (produsen) ke daerah pengguna (konsumen) berkaitan
erat dengan sarana dan prasarana transportasi. Jauh-dekatnya jarak dan baik-buruknya
kondisi jalan dapat berpengaruh atas penentuan harga barang di pasar.
Tinggi-rendahnya retribusi jalan, harga/tarif tol dan harga BBM juga menjadi
bagian yang menentukan harga barang yang harus ditanggung konsumen. Semua
elemen tersebut kemudian mampu mempengaruhi lancar atau tidaknya distribusi
barang dari daerah produsen ke daerah konsumen. Menjelang hari raya Idul Fitri,
bukanlah hal yang aneh lagi masyarakat Indonesia apabila kondisi transportasi
menjadi tersendat-sendat, karena terjadi peningkatan aktivitas transportasi
akibat meningkatnya mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat yang lain.
Namun menurut berdikarionline.com, ada dua cara efektif yang bisa mengatasi permasalahan ini. Pertama, pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan
untuk mengontrol harga sembako. Langkah ini penting untuk melawan aksi
spekulasi dan penimbunan.
Kedua, pemerintah bisa menciptakan toko-toko atau pasar khusus
sembako dengan harga normal. Berbeda dengan operasi pasar yang sifatnya
temporer dan jangkauannya terbatas, toko-toko sembako ini di tiap-tiap teritori
dengan prioritas warga miskin. Hanya saja, sebelum membangun toko sembako murah
ini, pemerintah harus punya stok atau tempat penyimpanan sembako yang memadai.
Toko-toko sembako ini menggandeng Bulog dan BUMN di sektor pertanian,
perkebunan, dan perikanan.
Memang sudah sepatutnya hal ini seharusnya tidaklah menjadi seperti tradisi yang setiap tahunnya seperti harus selalu terjadi. Pemerintah tidak boleh lagi berpangku tangan dan harus mampu mencarikan dan memberikan solusi terbaik untuk mengatasi hal ini agar tidak selalu meresahkan masyarakat.
Terobosan dari pemerintah sangat diperlukan. Tidak sekedar
dengan operasi pasar. Dalam banyak kasus, operasi pasar tidak begitu efektif.
Selain sifatnya yang temporer, operasi pasar juga hanya menjangkau segmen kecil
dari masyarakat. Akibatnya, operasi pasar terkadang tidak begitu efektif
menahan laju kenaikan harga dan memastikan ketersediaan sembako yang bisa
dijangkau rakyat.
Dan tidaklah hanya pemerintah sajalah yang harus mampu mengatasi hal tersebut, melainkan dari masing-masing individu masyarakat itu sendiri, karena seperti yang sudah dijelaskan diatas perilaku konsumtif dari masyarakat juga merupakan salah satu penyebab dari masalah yang sulit ini. Dan yang sangatlah perlu diingat salah satu penyebab lainnya juga adalah kelangkaan barang yang juga bisa disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri.
REFERENSI:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar